Oleh : Mahfudin Arsyad (pendiri dan pengasuh pondok pesantren yatim dan dhuafa)

Hidupku terlunta-lunta dibumi ini. makan sedapatnya. Apalagi urusan sandang dan papan. Wuih...jauh kebedug. Baju hanya beli setahun sekali. Itupun kalau ada orang yang ngasih duit. Kalau ndak, ya terpaksa pakai baju yang the kill of the kumel. Dekil, kumel dan kucel. Habis mau gimana lagi? Mau nyalahin Allah, enggak mungkin banget. Siapa juga yang berani sama Allah? Wong DIA itu Tuhan yang maha perkasa dan tak ada yang mampu mengalahkanNYA. Jadi mending diam dan pasrah dengan keadaan. Sebetulnya aku sadar banget, bahwa tindakanku yang diam serta pasrah terhadap keadaan itu adalah tindakan yang salah besar dalam hidup ini. Allah itu tidak pernah menyiksa hambaNYA dengan kesengsara’an bermodel apapun. Yang bikin seseorang menderita, alias ngebelangsak, adalah dirinya sendiri. Kausa prima atau hukum sebab musabbab.
Kulakukan apapun buat cari duit. Yang penting halal dan tidak merugikan orang lain. Mencuci mobil, dengan penghasilan 3000 rupiah perhari, merupakan keberkahan bagiku. Sebab menurutku yang penting aku telah berupaya. Masalah hasil, Allah lebih bijaksana terhadap hambaNYA. Setelah letih dan tak ada kemajuan, aku ganti profesi dengan menjadi kuli panggul kayu disebuah pabrik furniture. Sehari Cuma dibayar 7000. tapi alhamdulillah. Itu berarti sudah ada peningkatan dalam hidupku. Namun tidak lama, aku beralih menjadi seorang penjaja asongan dilampu merah. Penghasilanku tidak menentu. Kadang dapat 10.000 sehari, kadang tidak sama sekali.
Aku sendiri bingung. Mengapa aku mau menjadi seperti ini. padahal pendidikanku lumayan. Pernah dipesantren selama enam tahun. Bahkan pernah kuliah, meski hanya sampai strata satu, alias dokterandes. Huah, mau gimana lagi. Cari pekerjaan sangat sulit di negri ini. mesti punya uang banyak buat pelicin atau punya saudara pejabat, biar urusan jadi lancar.
Suatu ketika, saat aku berteduh dari sengat panas siang hari yang terik, teman cilik seperjuanganku dalam berdagang asongan, terlihat sakit dibalik semak tumpukan kardus. Kuhampiri, dan kupegang jidatnya. “subhanallah...badan kamu panas banget ...”. aku bergegas kewarung buat beli bodreksin. Obat penurun panas buat anak-anak. Kemudian, ku kompres keningnya dengan air dingin. Ketika malam tiba, tubuhnya makin panas. Bibirnya bergetar dan giginya bergemeletak. Sedangkan ia hidup sebatangkara didunia ini. Aku panik. Tak tahu harus bicara kepada siapa. Bergegas ku gendong dan membawanya ke dokter. Namun sayang, sesampainya dirumah sakit, aku dan farhan seperti diacuhkan. Sudah menunggu hampir satu jam, para suster, tak juga ada yang mengunjungi kami. Aku berlari menghampiri setiap dokter yang berlalu dikoridor rumah sakit, namun lagi-lagi mereka hanya menyuruhku untuk menunggu. Hingga hampir dua jam aku menunggu, dan kuhampiri lagi dokter jaga yang terlihat sedang santai. Namun jawabannya sangat mengejutkan hati.
“semua ruangan sudah terisi penuh” jawab dokter ketus
“saya tidak meminta ruangan dok, saya hanya minta tolong anak ini diperiksa penyakitnya”
“siapa yang bertanggung jawab??”dokter itu membentak lagi.
“saya...!!”
“ya sudah, kamu bayar dulu diloket, baru nanti anak itu diperiksa”
“ya Allah....” hatiku menjerit. Sedangkan aku tak memiliki uang sepersenpun. Tanpa berfikir panjang, kugendong lagi farhan untuk menuju rumah sakit lain. Keadaanya sudah semakin parah. Kudekap erat tubuhnya. Sambil berlari, dan nafas yang tersengal-sengal, aku terus memberi sugesti kepada Farhan.
“tahan ya far....abang pasti sampai kerumah sakit. Dan kamu pasti sembuh”
yang kuajak bicara tidak menjawab. Giginya sudah tidak bergemeletak lagi. Hangat tubuhnya berangsur mendingin. Kuhentikan lariku. Perlahan kutengok wajah teman cilikku.
“Allahu akbar.....Allaaaaaahu akbar. ya Allaaah........farhan...FARHAAAAAAANN......!!!”
farhan menghembuskan nafas terakhirnya dalam dekapanku.
Kemudian beberapa lagi kisah menyedihkanku ketika hidup dijalanan. Sejak saat itu pula aku seperti menghardik Allah.
“ya Allah ! Kau pertemukan aku dengan hambaMU yang lemah dan menyedihkan itu. Apakah Kau akan membiarkan mereka terus menderita dan nelangsa? Tidakkah Kau ingin ada seseorang yang mebantu mereka? tidak pantaskah jika aku yang membantu mereka? jika memang aku tidak pantas untuk meringankan beban mereka, tolong ya Allah...tolong jadikan aku orang yang paling miskin dan menderita didunia. Berikanlah seluruh penderitaan milikMU buatku semuanya, jangan ada yang tersisa sedikitpun dimuka bumi ini. Hingga tak satupun hambaMU yang merasakan penderitaan. Agar tak ada lagi yang miskin dan merana”.

Sejak saat itu aku membagi setiap penghasilanku menjadi 5 bagian. Seperlima buatku, seperlima buat orangtuaku, seperlima buat keluarga, seperlima buat tabungan, dan seperlimanya lagi buat ngasih jajan anak yatim. Meskipun pekerjaanku hanya berdagang asongan yang penghasilannya tidak lebih dari sepuluh ribu sehari.

Suatu ketika, disaat aku beristirahat didepan kantor PLN. Telingaku tak sengaja mendengar obrolan beberapa orang yang membicarakan bahwa PLN sedang membutuhkan karyawan. Keesokan harinya, aku datang kekantor PLN dengan membawa ijazah serta surat-surat lainnya. Alhamdulillah, singkat cerita aku diterima bekerja di PLN itu. karena penghasilanku sudah meningkat, maka aku memberanikan diri untuk mengasuh anak- anak yatim sebanyak 7 orang dirumahku. Walaupun aku masih mengontrak, tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkanku terlunta-lunta, karena keberadaan yatim itu.
Waktu berlalu. Seperti dihujani keberkahan, taraf perekonomian rumahtanggaku melaju pesat. Kutampung anak yatim lebih banyak lagi. Kini hingga mencapai dua puluh orang. Dan subhanallah. Keberadaan anak yatim serta anak jalanan dirumahku itu seperti ajimat yang sangat manjur. Entah ada angin apa. Aku dipinta untuk menggantikan khotbah jum’at di kampungku. Dan mulai saat itu aku mendapat julukan ustadz. Yah, ustadz kampung. Namun Allah berkehendak lain. Aku mulai beranjak ceramah keluar kota. Pulau. Bahkan, subhanallah, aku mulai go internasional.
Brunai, hongkong, singapore, malaysia, korea, taiwan, jerman, amerika dan negara –negara lainnya hampir telah kujelajahi semua. Masya Allah, inikah keajaiban? Keajaiban memelihara anak-anak yatim dan fakir miskin.
Karena aku tak mungkin bisa membagi waktu antara jadwal ceramahku dan pekerjaan di PLN. Maka aku memutuskan untuk berhenti dari PLN.
Aku membeli rumah kontrakan yang aku tempati. Bahkan syukur alhamdulillah, rumah-rumah yang ada disekeliling kontrakan itupun berhasil kubeli. Dan kini jadilah sebuah pesantren mini. Yah, pesantren yatim dan dhu’afa.

Didalam keheningan, memoriku kembali kemasa lalu disaat aku masih berdagang asongan. Rinduu sekali dengan saat-saat seperti dahulu. Bercengkrama dijalan dan pergaulan liar yang hanya dibatasi oleh kekuatan iman untuk tidak masuk kedalam jurang kenistaan berupa kemaksiatan.
Pada hari dimana aku tidak memiliki jadwal ceramah. Kusempatkan untuk turun lagi kejalan seperti dahulu. Dan.....
Ya Allah, hatiku runtuh melihat semakin ramainya wanita-wanita tua yang harus menjadi pelacur untuk sekedar cari makan. Para tukang becak dan ojek yang ingin mendapatkan uang tambahan dengan cara berjudi. Bathinku gugur melihat semaraknya copet- copet diterminal mencari uang buat berobat anaknya yang sedang sakit. Jiwaku menjerit melihat sekian banyak orang stress yang mencari ketenangan lewat minum alkohol, narkoba dan sejenisnya. Ya Allah, sanubariku meratap melihat beberapa TKW yang mengotori perjuangannya mencari nafkah dengan mencuri barang milik majikannya.
Astagfirullah haladzim......!
Ya Allah, mereka melakukan semuanya mungkin karena keadaan yang terdesak, sementara aku yang mampu ini tidak mau tahu dengan keadaan mereka. mereka harus berbuat dosa untuk menyelamatkan hidupnya dan hidup keluarganya. Sementara aku asyik dengan kegiatanku sendiri. Ku fikir, amalku sudah cukup dengan mengasuh anak-anak yatim dan fakir miskin itu. Ku fikir aku sudah merasa bahagia dengan bisa meringankan beban mereka. ku fikir aku sudah bisa dibilang mencintai hambaMU dengan mengeluarkan uang sedikit itu. Lalu bagaimana agar aku bisa mencintai mereka secara kaffah? Ya Allah, jika aku berkuasa untuk menciptakan surga dan neraka. Maka ku tutup neraka buat mereka. namun karena surga dan neraka merupakan aturan mainMU yang keduanya harus ada penghuninya, maka, besarkanlah tubuhku menjadi yang paling besar. Dan masukkan aku ke nerakaMU. Agar tak ada lagi hambaMU yang masuk kedalamnya.

Setelah lelah aku melakukan perjalanan. Aku berteduh disuatu masjid hingga ketiduran. Disana aku bermimpi. Sebuah suara tanpa rupa. Menggema dan menggetarkan seluruh jiwa dan ragaku.

“wahai hambaKU. Seperti maumu, bulan ini kututup neraka bagi hambaKU. ramadhan Ini adalah bulan kesempatan buat para hambaKU yang ingin memperbaiki diri. Kusuruh mereka berlapar dan dahaga agar bisa merasakan penderitaan hambaKU yang miskin lalu tergerak hatinya untuk menolong sesama. Ku rantai semua setan, agar hambaKU tak berbuat dosa hingga neraka akan menjadi kosong. Di ramadhan ini, AKU datang kepada hambaKU untuk berbisik dalam hati mereka agar mau bersedekah. KU tiupkan kelembutan dalam hatinya, agar mereka mau berkasih sayang dengan hambaKU lainnya. KU tambahkah rezeki mereka agar tak kurang ketika ia memberi. Tapi sayang, seperti kau lihat sendiri. Banyak manusia yang tidak mau menjadi hambaKU”.
 
Oleh : Mahfudin Arsyad (pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa)
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik – rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau
bakso ?

"Mauuuuuuuuu. .", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku
menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya
membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.
"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. .?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus
menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...........sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang
mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

catatan. yg jadi tukang baso sendiri aja deh, dari pada foto orang lain, ntar digugat
 
Dikisahkan, seorang salaf berkata, “Dahulu aku adalah seorang yang tenggelam dalam berbagai macam perbuatan maksiat dan mabuk-mabukan. Pada suatu hari aku menemukan seorang anak yatim yang miskin. Lalu aku ambil anak yatim itu dan aku berbuat baik kepadanya. Aku beri ia makan, pakaian, dan aku mandikan ia sampai bersih semua kotoran yang menempel di tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menyayanginya seperti seorang ayah menyayangi anaknya, bahkan lebih. Malamnya aku tidur dan bermimpi bahwa kiamat sudah tiba. Aku dipanggil menuju hisab. Kemudian aku diperintahkan untuk masuk neraka karena banyaknya dosa dan maksiat yang aku kerjakan.

Malaikat Zabaniyyah menyeretku untuk memasukkanku ke dalam neraka. Saat itu aku merasa kecil dan hina di hadapan mereka. Tiba-tiba anak yatim itu menghadang di tengah jalan sambil berkata, ‘Tinggalkan ia wahai malaikat Rabb-ku! Biarlah aku memintakan syafaat untuknya kepada Rabb-ku! Dialah yang dulu telah berbuat baik kepadaku, telah memuliakanku!’

Malaikat berkata, ‘Tetapi aku tidak diperintahkan untuk itu.’ Sekonyong-konyong terdengar seruan dari Allah, firman-Nya, ‘Biarkan dia, sungguh Aku telah mengampuninya dengan syafaat anak yatim itu dan kebaikannya kepadanya!’ Lalu aku terbangun dan aku pun bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla, dan saya terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak yatim.”

by: Dosa-dosa Besar, bab Memakan Harta Anak Yatim dan Menzhaliminya oleh Imam Adz-Dzhabi
 
Picture
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

 
Kita memang harus lebih sering belajar tentang arti sebuah keikhlasan dalam memberi.........

A Glass of Milk

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.
Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.
Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak
menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."
Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.
Dr. Howard dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Howard. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu.
Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Howard meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Howard melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.
Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan
tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !!" tertanda, Dr. Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa:"Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."
 
**************************************************************

Tahukah Anda

Tidak ada waktu terbaik untuk menghitung berat badan, yang benar adalah lakukan penghitungan berat badan dengan waktu yang sama ketika pertama kali mulai melakukan penghitungan berat badan.

***************************************************************

Kata Bijak Hari Ini.

“ Tujuan satu-satunya yang dicapai orang pembohong ialah bahwa
ia tak akan dipercayai lagi bila ia jujur. ”

(Aristoteles)

***************************************************************