Oleh : Mahfudin Arsyad (pendiri dan pengasuh pondok pesantren yatim dan dhuafa)

Hidupku terlunta-lunta dibumi ini. makan sedapatnya. Apalagi urusan sandang dan papan. Wuih...jauh kebedug. Baju hanya beli setahun sekali. Itupun kalau ada orang yang ngasih duit. Kalau ndak, ya terpaksa pakai baju yang the kill of the kumel. Dekil, kumel dan kucel. Habis mau gimana lagi? Mau nyalahin Allah, enggak mungkin banget. Siapa juga yang berani sama Allah? Wong DIA itu Tuhan yang maha perkasa dan tak ada yang mampu mengalahkanNYA. Jadi mending diam dan pasrah dengan keadaan. Sebetulnya aku sadar banget, bahwa tindakanku yang diam serta pasrah terhadap keadaan itu adalah tindakan yang salah besar dalam hidup ini. Allah itu tidak pernah menyiksa hambaNYA dengan kesengsara’an bermodel apapun. Yang bikin seseorang menderita, alias ngebelangsak, adalah dirinya sendiri. Kausa prima atau hukum sebab musabbab.
Kulakukan apapun buat cari duit. Yang penting halal dan tidak merugikan orang lain. Mencuci mobil, dengan penghasilan 3000 rupiah perhari, merupakan keberkahan bagiku. Sebab menurutku yang penting aku telah berupaya. Masalah hasil, Allah lebih bijaksana terhadap hambaNYA. Setelah letih dan tak ada kemajuan, aku ganti profesi dengan menjadi kuli panggul kayu disebuah pabrik furniture. Sehari Cuma dibayar 7000. tapi alhamdulillah. Itu berarti sudah ada peningkatan dalam hidupku. Namun tidak lama, aku beralih menjadi seorang penjaja asongan dilampu merah. Penghasilanku tidak menentu. Kadang dapat 10.000 sehari, kadang tidak sama sekali.
Aku sendiri bingung. Mengapa aku mau menjadi seperti ini. padahal pendidikanku lumayan. Pernah dipesantren selama enam tahun. Bahkan pernah kuliah, meski hanya sampai strata satu, alias dokterandes. Huah, mau gimana lagi. Cari pekerjaan sangat sulit di negri ini. mesti punya uang banyak buat pelicin atau punya saudara pejabat, biar urusan jadi lancar.
Suatu ketika, saat aku berteduh dari sengat panas siang hari yang terik, teman cilik seperjuanganku dalam berdagang asongan, terlihat sakit dibalik semak tumpukan kardus. Kuhampiri, dan kupegang jidatnya. “subhanallah...badan kamu panas banget ...”. aku bergegas kewarung buat beli bodreksin. Obat penurun panas buat anak-anak. Kemudian, ku kompres keningnya dengan air dingin. Ketika malam tiba, tubuhnya makin panas. Bibirnya bergetar dan giginya bergemeletak. Sedangkan ia hidup sebatangkara didunia ini. Aku panik. Tak tahu harus bicara kepada siapa. Bergegas ku gendong dan membawanya ke dokter. Namun sayang, sesampainya dirumah sakit, aku dan farhan seperti diacuhkan. Sudah menunggu hampir satu jam, para suster, tak juga ada yang mengunjungi kami. Aku berlari menghampiri setiap dokter yang berlalu dikoridor rumah sakit, namun lagi-lagi mereka hanya menyuruhku untuk menunggu. Hingga hampir dua jam aku menunggu, dan kuhampiri lagi dokter jaga yang terlihat sedang santai. Namun jawabannya sangat mengejutkan hati.
“semua ruangan sudah terisi penuh” jawab dokter ketus
“saya tidak meminta ruangan dok, saya hanya minta tolong anak ini diperiksa penyakitnya”
“siapa yang bertanggung jawab??”dokter itu membentak lagi.
“saya...!!”
“ya sudah, kamu bayar dulu diloket, baru nanti anak itu diperiksa”
“ya Allah....” hatiku menjerit. Sedangkan aku tak memiliki uang sepersenpun. Tanpa berfikir panjang, kugendong lagi farhan untuk menuju rumah sakit lain. Keadaanya sudah semakin parah. Kudekap erat tubuhnya. Sambil berlari, dan nafas yang tersengal-sengal, aku terus memberi sugesti kepada Farhan.
“tahan ya far....abang pasti sampai kerumah sakit. Dan kamu pasti sembuh”
yang kuajak bicara tidak menjawab. Giginya sudah tidak bergemeletak lagi. Hangat tubuhnya berangsur mendingin. Kuhentikan lariku. Perlahan kutengok wajah teman cilikku.
“Allahu akbar.....Allaaaaaahu akbar. ya Allaaah........farhan...FARHAAAAAAANN......!!!”
farhan menghembuskan nafas terakhirnya dalam dekapanku.
Kemudian beberapa lagi kisah menyedihkanku ketika hidup dijalanan. Sejak saat itu pula aku seperti menghardik Allah.
“ya Allah ! Kau pertemukan aku dengan hambaMU yang lemah dan menyedihkan itu. Apakah Kau akan membiarkan mereka terus menderita dan nelangsa? Tidakkah Kau ingin ada seseorang yang mebantu mereka? tidak pantaskah jika aku yang membantu mereka? jika memang aku tidak pantas untuk meringankan beban mereka, tolong ya Allah...tolong jadikan aku orang yang paling miskin dan menderita didunia. Berikanlah seluruh penderitaan milikMU buatku semuanya, jangan ada yang tersisa sedikitpun dimuka bumi ini. Hingga tak satupun hambaMU yang merasakan penderitaan. Agar tak ada lagi yang miskin dan merana”.

Sejak saat itu aku membagi setiap penghasilanku menjadi 5 bagian. Seperlima buatku, seperlima buat orangtuaku, seperlima buat keluarga, seperlima buat tabungan, dan seperlimanya lagi buat ngasih jajan anak yatim. Meskipun pekerjaanku hanya berdagang asongan yang penghasilannya tidak lebih dari sepuluh ribu sehari.

Suatu ketika, disaat aku beristirahat didepan kantor PLN. Telingaku tak sengaja mendengar obrolan beberapa orang yang membicarakan bahwa PLN sedang membutuhkan karyawan. Keesokan harinya, aku datang kekantor PLN dengan membawa ijazah serta surat-surat lainnya. Alhamdulillah, singkat cerita aku diterima bekerja di PLN itu. karena penghasilanku sudah meningkat, maka aku memberanikan diri untuk mengasuh anak- anak yatim sebanyak 7 orang dirumahku. Walaupun aku masih mengontrak, tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkanku terlunta-lunta, karena keberadaan yatim itu.
Waktu berlalu. Seperti dihujani keberkahan, taraf perekonomian rumahtanggaku melaju pesat. Kutampung anak yatim lebih banyak lagi. Kini hingga mencapai dua puluh orang. Dan subhanallah. Keberadaan anak yatim serta anak jalanan dirumahku itu seperti ajimat yang sangat manjur. Entah ada angin apa. Aku dipinta untuk menggantikan khotbah jum’at di kampungku. Dan mulai saat itu aku mendapat julukan ustadz. Yah, ustadz kampung. Namun Allah berkehendak lain. Aku mulai beranjak ceramah keluar kota. Pulau. Bahkan, subhanallah, aku mulai go internasional.
Brunai, hongkong, singapore, malaysia, korea, taiwan, jerman, amerika dan negara –negara lainnya hampir telah kujelajahi semua. Masya Allah, inikah keajaiban? Keajaiban memelihara anak-anak yatim dan fakir miskin.
Karena aku tak mungkin bisa membagi waktu antara jadwal ceramahku dan pekerjaan di PLN. Maka aku memutuskan untuk berhenti dari PLN.
Aku membeli rumah kontrakan yang aku tempati. Bahkan syukur alhamdulillah, rumah-rumah yang ada disekeliling kontrakan itupun berhasil kubeli. Dan kini jadilah sebuah pesantren mini. Yah, pesantren yatim dan dhu’afa.

Didalam keheningan, memoriku kembali kemasa lalu disaat aku masih berdagang asongan. Rinduu sekali dengan saat-saat seperti dahulu. Bercengkrama dijalan dan pergaulan liar yang hanya dibatasi oleh kekuatan iman untuk tidak masuk kedalam jurang kenistaan berupa kemaksiatan.
Pada hari dimana aku tidak memiliki jadwal ceramah. Kusempatkan untuk turun lagi kejalan seperti dahulu. Dan.....
Ya Allah, hatiku runtuh melihat semakin ramainya wanita-wanita tua yang harus menjadi pelacur untuk sekedar cari makan. Para tukang becak dan ojek yang ingin mendapatkan uang tambahan dengan cara berjudi. Bathinku gugur melihat semaraknya copet- copet diterminal mencari uang buat berobat anaknya yang sedang sakit. Jiwaku menjerit melihat sekian banyak orang stress yang mencari ketenangan lewat minum alkohol, narkoba dan sejenisnya. Ya Allah, sanubariku meratap melihat beberapa TKW yang mengotori perjuangannya mencari nafkah dengan mencuri barang milik majikannya.
Astagfirullah haladzim......!
Ya Allah, mereka melakukan semuanya mungkin karena keadaan yang terdesak, sementara aku yang mampu ini tidak mau tahu dengan keadaan mereka. mereka harus berbuat dosa untuk menyelamatkan hidupnya dan hidup keluarganya. Sementara aku asyik dengan kegiatanku sendiri. Ku fikir, amalku sudah cukup dengan mengasuh anak-anak yatim dan fakir miskin itu. Ku fikir aku sudah merasa bahagia dengan bisa meringankan beban mereka. ku fikir aku sudah bisa dibilang mencintai hambaMU dengan mengeluarkan uang sedikit itu. Lalu bagaimana agar aku bisa mencintai mereka secara kaffah? Ya Allah, jika aku berkuasa untuk menciptakan surga dan neraka. Maka ku tutup neraka buat mereka. namun karena surga dan neraka merupakan aturan mainMU yang keduanya harus ada penghuninya, maka, besarkanlah tubuhku menjadi yang paling besar. Dan masukkan aku ke nerakaMU. Agar tak ada lagi hambaMU yang masuk kedalamnya.

Setelah lelah aku melakukan perjalanan. Aku berteduh disuatu masjid hingga ketiduran. Disana aku bermimpi. Sebuah suara tanpa rupa. Menggema dan menggetarkan seluruh jiwa dan ragaku.

“wahai hambaKU. Seperti maumu, bulan ini kututup neraka bagi hambaKU. ramadhan Ini adalah bulan kesempatan buat para hambaKU yang ingin memperbaiki diri. Kusuruh mereka berlapar dan dahaga agar bisa merasakan penderitaan hambaKU yang miskin lalu tergerak hatinya untuk menolong sesama. Ku rantai semua setan, agar hambaKU tak berbuat dosa hingga neraka akan menjadi kosong. Di ramadhan ini, AKU datang kepada hambaKU untuk berbisik dalam hati mereka agar mau bersedekah. KU tiupkan kelembutan dalam hatinya, agar mereka mau berkasih sayang dengan hambaKU lainnya. KU tambahkah rezeki mereka agar tak kurang ketika ia memberi. Tapi sayang, seperti kau lihat sendiri. Banyak manusia yang tidak mau menjadi hambaKU”.
 
Oleh : Mahfudin Arsyad (pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa)
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik – rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau
bakso ?

"Mauuuuuuuuu. .", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku
menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya
membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.
"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. .?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus
menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...........sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang
mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

catatan. yg jadi tukang baso sendiri aja deh, dari pada foto orang lain, ntar digugat
 
Berikut ini panduan seni berbicara dengan bayi untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya:


1. Memperkenalkan Nama Benda

Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar
Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep
Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''

4. Menjelaskan Sebab-Akibat
Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.''
Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna
Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''

6. Mengulangi Kata-Kata
Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''

7. Memperkenalkan Kata yang Benar
Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti
Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.

9. Memacu Respons
Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''

10. Hindari Pemaksaan
Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan
Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki
Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama
Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka
Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,
''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''

15. Menyanyi
Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi.
 
Dikisahkan, seorang salaf berkata, “Dahulu aku adalah seorang yang tenggelam dalam berbagai macam perbuatan maksiat dan mabuk-mabukan. Pada suatu hari aku menemukan seorang anak yatim yang miskin. Lalu aku ambil anak yatim itu dan aku berbuat baik kepadanya. Aku beri ia makan, pakaian, dan aku mandikan ia sampai bersih semua kotoran yang menempel di tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menyayanginya seperti seorang ayah menyayangi anaknya, bahkan lebih. Malamnya aku tidur dan bermimpi bahwa kiamat sudah tiba. Aku dipanggil menuju hisab. Kemudian aku diperintahkan untuk masuk neraka karena banyaknya dosa dan maksiat yang aku kerjakan.

Malaikat Zabaniyyah menyeretku untuk memasukkanku ke dalam neraka. Saat itu aku merasa kecil dan hina di hadapan mereka. Tiba-tiba anak yatim itu menghadang di tengah jalan sambil berkata, ‘Tinggalkan ia wahai malaikat Rabb-ku! Biarlah aku memintakan syafaat untuknya kepada Rabb-ku! Dialah yang dulu telah berbuat baik kepadaku, telah memuliakanku!’

Malaikat berkata, ‘Tetapi aku tidak diperintahkan untuk itu.’ Sekonyong-konyong terdengar seruan dari Allah, firman-Nya, ‘Biarkan dia, sungguh Aku telah mengampuninya dengan syafaat anak yatim itu dan kebaikannya kepadanya!’ Lalu aku terbangun dan aku pun bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla, dan saya terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak yatim.”

by: Dosa-dosa Besar, bab Memakan Harta Anak Yatim dan Menzhaliminya oleh Imam Adz-Dzhabi
 
Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa-puasa sunnah. Sebagaimana yang disabdakan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (Hadits hasan shohih, riwayat Tirmidzi). Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan, “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhori: 6502)



Puasa Seperti Setahun Penuh

Salah satu puasa yang dianjurkan/disunnahkan setelah berpuasa di bulan Romadhon adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosululloh bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164). Dari Tsauban, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Iedul Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil). Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan dalam Syarh Shohih Muslim 8/138, “Dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas bagi madzhab Syafi’i, Ahmad, Dawud beserta ulama yang sependapat dengannya yaitu puasa enam hari di bulan Syawal adalah suatu hal yang dianjurkan.”

Dilakukan Setelah Iedul Fithri

Puasa Syawal dilakukan setelah Iedul Fithri, tidak boleh dilakukan di hari raya Iedul Fithri. Hal ini berdasarkan larangan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Umar bin Khothob, beliau berkata, “Ini adalah dua hari raya yang Rosululloh melarang berpuasa di hari tersebut: Hari raya Iedul Fithri setelah kalian berpuasa dan hari lainnya tatkala kalian makan daging korban kalian (Iedul Adha).” (Muttafaq ‘alaih)

Apakah Harus Berurutan ?

Imam Nawawi rohimahulloh menjawab dalam Syarh Shohih Muslim 8/328: “Afdholnya (lebih utama) adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Iedul Fithri. Namun jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keuatamaan puasa Syawal berdasarkan konteks hadits ini”. Inilah pendapat yang benar. Jadi, boleh berpuasa secara berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, maupun di akhir bulan Syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera melakukannya berdasarkan dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal sholih. Sebagaimana Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (Al Maidah: 48). Dan juga dalam hadits tersebut terdapat lafadz ba’da fithri (setelah hari raya Iedul Fithri), yang menunjukkan selang waktu yang tidak lama.

Mendahulukan Puasa Qodho’

Apabila seseorang mempunyai tanggungan puasa (qodho’) sedangkan ia ingin berpuasa Syawal juga, manakah yang didahulukan? Pendapat yang benar adalah mendahulukan puasa qodho’. Sebab mendahulukan sesuatu yang wajib daripada sunnah itu lebih melepaskan diri dari beban kewajiban. Ibnu Rojab rohimahulloh berkata dalam Lathiiful Ma’arif, “Barangsiapa yang mempunyai tanggungan puasa Romadhon, hendaklah ia mendahulukan qodho’nya terlebih dahulu karena hal tersebut lebih melepaskan dirinya dari beban kewajiban dan hal itu (qodho’) lebih baik daripada puasa sunnah Syawal”. Pendapat ini juga disetujui oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Mumthi’. Pendapat ini sesuai dengan makna eksplisit hadits Abu Ayyub di atas.

Semoga kebahagiaan selalu mengiringi orang-orang yang menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Wallohu a’lam bish showab.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
 
Sumber: http://harapandiri.wordpress.com/2008/11/29/“-apa-di-surga-ada-orang-yang-bertatto”

Kenapa Allah swt hadirkan gelap! Agar kita tahu bahwa dengan terang segalanya akan terlihat jelas, lantas kenapa Allah swt hadirkan masa lalu yang suram dalam hidup kita ! agar kita sadar bahwa hidayah itu suatu yang mahal, yang Allah swt berikan kepada siapa saja yang mau membuka hati untuk perkara hidayah. Karena setiap orang, ya setiap orang tanpa kecuali, lepas apakah dia seorang yang memiliki kepahaman agama yang tinggi atau hanya seorang ahli maksiat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh hidayah, tinggal seberapa jauh kita mau meraih dan mempertahankan hidayah tersebut.

Beberapa waktu yang lalu , Allah swt betul-betul telah “menampar” saya dalam artian yang sesungguhnya. Melalui kepergian seorang sahabat, Allah seakan ingin menunjukan bahwa hidayah dan surga bukan milik sekelompok orang, melainkan milik setiap orang yang dengan hati hancur datang kedepan pintu-Nya, berharap memperoleh kasih-Nya.

Betapa adilnya Allah dan betapa beruntungnya sahabat saya, karena Allah telah pilih dia kembali kepada-Nya dalam keadaan memperbaiki diri dirumah-Nya dalam balutan malam yang tenang, yang hanya Allah dan malaikat-Nya yang mengetahui bagaimana perjuangan almarhum sahabat saya meninggal dunia dalam pertobatannya.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya memandang hanya dengan sebelah mata, iblis telah menguasai hati saya , sehingga perasaan lebih baik darinya yang waktu itu muncul, tapi keinginan untuk menjadi lebih baik yang datang dari hatinya menghantarkan dia pada pintu hidayah-Nya.

Pagi itu seperti bulan-bulan sebelumnya, saya dan beberapa teman mengadakan program perbaikan diri dengan cara beritikaf dimasjid sekitar tempat tinggal untuk belajar dakwah. Dan seperti biasa pula setiap pagi diadakan taklim pagi, dimana dibacakan kisah-kisah para sahabat Nabi dan perbaikan cara membaca alqur’an.

Selama mejalani program taklim, mata saya seakan sulit diajak kompromi, begitu berat untuk di buka, bukan karena malam sebelumnya saya banyak melakukan sholat malam, melainkan begitu banyaknya dosa yang ada di diri saya sehingga dalam majelis ilmu saya masih juga mengantuk. Seperti biasa setiap taklim pagi maka di buat jaulah taklim ( berkeliling di sekitar lingkungan masjid untuk mengajak orang duduk dalam majelis taklim ). Saya dan seorang teman mendapatkan tugas jaulah taklim. Dan garis nasib menghantarkan saya bertemu dengan sekelompok pemuda yang satu diantaranya menjadi sahabat saya. Beberapa orang dari pemuda itu mencoba pergi ketika melihat saya dan teman saya mendekat , mungkin mereka fikir kami kelompok Islam garis keras yang mencoba mengganggu keasikan mereka, tinggal seorang pemuda yang tetap berada di situ. Kami mencoba memperkenalkan diri dan menerangkan maksud tujuan kami datang menemui dirinya serta kami mengajak beliau sama-sama ke masjid untuk duduk dalam majelis taklim yang baru saja di mulai. Pemuda itu hanya diam, entah apa yang ada di benaknya, apakah dia berpikir saya dan teman saya hanyalah sekelompok orang yang mengganggu kesenangan dirinya atau entahlah mungkin hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Saya mulai aga kesal karena dirinya seperti tiada reaksi sama sekali, dia hanya tertunduk tanpa berani beradu pandang, beberapa saat sebelum kami undur diri untuk kembali ke masjid, tiba-tiba pemuda tersebut akhirnya buka suara, ” Apa boleh orang bertatto ke masjid ?”, tanyanya waktu itu, lantas saya menjawab boleh asal dalam keadaan suci dari najis, siapa saja asalkan dia muslim boleh ke masjid. Dia hanya diam, saya seperti mendapatkan angin untuk terus berusaha agar dia mau ikut ke masjid, saya mulai bercerita banyak hal tentang kisah-kisah para sahabat nabi yang ketika masa jahiliyah begitu jahil , tapi setelah mereka bertaubat mereka menjadi ahli-hali surga.

Akhirnya dirinya mau ikut ke masjid bersama kami, setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian yang saya pinjamkan ia duduk bersama kami mendengarkan taklim pagi, betapa gembiranya hati saya ketika akhirnya ia mau ikut ke masjid, tak ada kata-kata yang sebanding dengan perasaan saya pada waktu itu, mungkin hanya orang-orang yang pernah terjun langsung tahu bagaimana sulitnya berdakwah di tengah-tengah manusia untuk mengajak mereka kembali kepada Allah dan ketika satu diantara mereka mau kembali taat kepada Allah, rasanya dunia dan isinya tak sebanding dengan perasaan senang yang ada di diri kita.

Lepas bada zuhur, dirinya mendekati saya dan menanyakan apakah dirinya boleh bergabung dengan kami, dan tentu saja boleh karena dakwah adalah tugas setiap umat Islam tanpa kecuali, kalau hewan yang lebih rendah dari manusia boleh berdakwah bahkan di abadikan dalam alqur’an ( semut, burung hud-hud dll ) apalagi manusia yang mempunyai tugas sebagai khalifatullah di muka bumi jelas lebih boleh lagi untuk berdakwah. Dengan berdakwah Allah swt akan perbaiki diri kita seperti yang terjadi pada diri para Nabi dan sahabatnya dan hal tersebut yang juga akan terjadi pada diri setiap orang yang mengambil kerja dakwah sebagai jalan hidupnya.

Sepanjang hari ia hanya diam, mungkin proses hidayah sedang terjadi pada dirinya, dan lepas tengah malam, saya menemuinya sedang menangis berurai air mata di pojok mesjid, saya tak berani mendekat dan hanya melihat dari kejauhan. Pemandangan yang sangat indah, dimana pada pagi hari dirinya masih bermaksiat kepada Allah swt tapi pada malamnya ia sedang menangisi dosa-dosanya. Saya menjadi malu terhadap diri sendiri, seakan saya merindukan saat-saat seperti itu , dimana begitu nikmatnya melewati malam berdua dengan-Nya, bermunajad dihadapan-Nya dengan air mata dan hati yang hancur.

Beberapa bulan setelah kejadian itu saya tidak lagi bertemu dengan almarhum karena memang tempat tinggal dan kesibukan kami yang tidak memungkinkan, tapi kami masih tetap berhubungan via telpon , sampai akhirnya 2 minggu yang lalu saya bertemu dengan dirinya di salah satu mesjid tua di kawasan kebun jeruk Jakarta Pusat.

“Ane mau belajar dakwah 40 hari “ ucapnya. Saya hanya bisa tersenyum bahagia mendengar penuturannya. ” Routenya kemana ? “ Tanya saya. “Belum di putus, besok pagi selepas bayan subuh baru ketahuan routenya, karena ane gabung dengan jamaah yang lain” jawabnya singkat. Sesaat kemudian dirinya bertanya hal yang sama seperti saat kami pertama kali bertemu. ” Apa di surga ada orang yang bertatto?” tanyanya dengan aga ragu. Dan sekali lagi saya yang sombong , yang angkuh yang ahli maksiat tapi sok bersih menjawab dengan ringannya tanpa mencerna dan berpikir lebih jauh tentang pertanyaan Almarhum tersebut. “Mana ada di surga orang yang bertatto , kalau di neraka banyak”. Jawab saya, dan almarhum hanya tertunduk sedih, saya segera menyadari kesalahan saya dan meralat ucapan saya “Tapi ente tenang aja kalau ente tetep buat dakwah , nanti ente juga akan masuk surga dan Allah sendiri yang akan menghapus tatto ente”. Almarhum sahabat saya tersenyum bahagia dengan jawaban saya, senyum yang terakhir yang saya lihat, karena saya tidak akan pernah melihat senyumnya lagi, sebuah sms saya terima malam kemarin yang mengabarkan ia telah meninggal dunia ketika dirinya sedang berlajar berdakwah, islah diri, belajar menjadi hamba yang taat, belajar mencintai Allah swt dan Rasul-Nya.

Selepas bersilaturahmi bada isya almarhum pamit dengan amir jamaah untuk tidur lebih awal karena kondisi badannya yang kurang baik, dan mendekati subuh terlihat almarhum masih tertidur, dan ketika salah satu rekan mencoba membangunkannya ternyata almarhum telah tiada, pergi meninggalkan dunia untuk bertemu Allah swt bertemu dengan sosok yang dicintainya yaitu Rasulullah saw dan para sahabat-nya, meninggalkan dunia pada saat pertobatannya. Kematian yang indah, yang selalu saya rindukan, mati di jalan-Nya, mati ketika mencoba meraih cinta-Nya.

Selamat jalan sahabat, di surga memang tiada akan ada pria bertatto , yang ada hanya pria tampan, yang suka miscall tengah malam untuk bangunin tahajud, yang suka bangun malam dan nangis kaya anak kecil, yang suka bikin gw kesel karena selalu berantakan kalau makan berjamaah, yang suka tiba-tiba batalin janji pada hal udah jauh-jauh hari dibuat. Kita memang gak akan pernah ketemu lagi di dunia, gak pernah bisa keluar masturah bareng, gak pernah akan bisa ke IPB ( India, Pakistan, Bangladesh ) berdua. Dan elo gak bisa baca blog gw lagi, pada hal elo pengen banget kita sama-sama hadir ijtima Bulan Juli nanti dan elo pengen banget ngerasin duduk di bawah tenda dan poto elo gw tampilin di blog jelek gw ini, tapi rasanya itu cuma mimpi, karena pastinya gak akan bisa terjadi. Sekarang elo dah tenang di sana, tugas elo di dunia dah selesai, tinggal gw yang masih gamang dengan jalan hidup sendiri.

Selamat jalan sahabat, semoga Allah selalu menjaga dan menerima tobat dirimu. Semoga kami yang di tinggalkan dapat memetik banyak pelajaran dari perjalanan hidupmu. Dan semoga Allah swt kekalkan kami dalam usaha dakwah, dakwah sebagai maksud hidup, hidup untuk dakwah , dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah.

Alloh humma firlahu war hamhu wa afi’i wa’fuanhu. Amin.
 
Picture
Andai kita tahu ini Ramadhan terakhir..

masih ada kesempatan untuk melaksanakan sholat di awal waktu
sholat yang dikerjakan.. .sungguh khusyuk lagi tawadhu'
tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri
menghadap Rabbul Jalil... menangisi kecurangan janji
"innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"
[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...]

andai kita tahu ini Ramadhan terakhir.. ..

tidak akan kita sia siakan walau sesaat yang berlalu
setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja
di setiap kesempatan juga masa yang terluang
alunan Al-Quran senantiasa kita bacakan dan perdengarkan kehadapan MU ...ya Rabb

andai kita tahu ini Ramadhan terakhir..

setiap malam kita sibukkan dengan
bertarawih.. .berqiamullail. ..bertahajjud. ..
mengadu...merintih. ..meminta belas kasih
"sesungguhnya aku berharap untuk ke syurga-MU
dan....aku tak sanggup untuk ke neraka-MU"

andai kita tahu ini Ramadhan terakhir..

kita akan selalu bersama dengan mereka yang tersayang
kita isi Ramadhan dengan hal yang bermanfaat
kita buru...kita cari..suatu malam idaman
yang lebih baik dari seribu bulan


andai kita tahu ini Ramadhan terakhir..

kita bakal menyediakan batin dan zahir
mempersiapkan diri...rohani dan jasmani
menanti-nanti jemputan Izrail
di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman

Duhai Ilahi...

andai ini Ramadhan terakhir buat kami
jadikanlah Ramadhan ini paling berarti...paling berseri...
menerangi kegelapan hati kami
menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu ...Ya Ilahi
yang bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun teman....

tak akan ada manusia yang bakal mengetahui
apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi diri kita
yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah
berusaha...bersiap-siap ...bersedia ...meminta belas-NYA

Marhaban ya Ramadhan,

Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita di ijabah,

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang,

dan untuk menambah khusyu-nya ibadah dibulan yang suci - yang penuh dengan berkah serta ampunan ini, saya pribadi ingin menghaturkan PERMOHONAN MAAF lahir dan bathin,

Semoga kita semua senantiasa berada dalam Rahmat dan Hidayah ALLAH SWT serta selalu sehat dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,

 
Picture
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

 
Islam telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua, dan menjadikannya sebagai amal yang paling disukai Alloh Ta’ala setelah Sholat yang merupakan pilar Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, apakah amal yang paling disukai Alloh Azza wa Jalla? Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apalagi?” Beliau menjawab, “Kemudian Birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua).” Dalam Al-Qur’an sendiri, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menyandingkan perintah berbakti kepada orangtua dengan perintah untuk beribadah dan bertauhid kepada-Nya.

Alloh Azza wa jalla dan Rosul-Nya telah memberikan bimbingan ke jalan yang dapat mengantarkan kaum laki-laki menuju kesuksesan dalam berinterkasi dengan kedua orangtua dan berbakti kepada keduanya. Alloh Ta’ala berfirman,
“Dan Rabbmu telah memrintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantaranya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Teringat kembali saat kita menjawab ataupun membentak orangtua ketika ada perkataan orangtua yang tidak sesuai dengan kita.

Para ulama berkata, “Orang yang paling berhak untuk dipanjatkan rasa syukur setelah syukur kepada Alloh, sang Khaliq, dan juga diperlakukan dengan baik serta ditaati adalah kedua orangtuanya.”

Para orangtua telah menanggung beban anak-anak mereka ketika masih kecil dengan harapan anaknya akan tetap bertahan hidup, namun sayang banyak anak yang yang menanggung beban kedua orangtuanya pada masa tua, mereka berharap agar keduanya segera mati. Apabila kedua orangtuanya lebih lama lagi hidup, mereka akan merasa keberatan, cepat bosan dan menunjukkan ketidaksukaan, malah terkadang ada anak yang memperlihatkan amarah kepada kedua orangtuanya.

Dikutip dari : http://huyuh.blogspot.com/2009/12/bagaimana-bisa-sukses-menjalin-hubungan.html
 
Kunci dari diterimanya amal shaleh yang kita lakukan adalah keikhlasan kepada Allah SWT. Ihlas beramal kepada Allah semata agar memperoleh kecintaan serta kridhaan Allah SWT.
Betapapun ikhlas harus menyertai setiap amal setelah mengikat niat. Macam ikhlas yang paling agung adalah jika seseorang beramal secara diam-diam dan tidak diketahui oleh orang lain.
25 Pahala amal shaleh dalam kehidupan diantaranya:
pahala mengikuti sunnah dan menjauhi bid'ah, pahala ilmu, pahala wudhu, pahala adzan, pahala membangun dan menjaga mesjid, pahala menuju mesjid, pahala sholat, pahala sedekah, pahala berpuasa, pahala haji dan umrah, pahala zikir dan do'a, pahala berbuat baik dalam kehidupan, pahala berbuat baik kepada kedua orang tua, pahala silahturahmi, pahala berbuat baik kepada anak yatim, pahala berbuat baik diantara kaum muslimin, pahala berbaik sangka kepada Allah, pahala menjenguk orang sakit, pahala bersabar, pahala melayat jenazah dan menshalatinya, pahala memamahi Al-Qur'an, pahala berjihat di jalan Allah, pahala mencintai karena Allah, pahala memakmurkan bumi dengan tanaman, pahala bersikap lunak dan mencari yang halal.

Seseorang itu diberi pahala atas niat dan amalnya. Jika seseorang melakukan suatu amal dengan niat yang benar, maka ia akan memperoleh dua pahala sekaligus. Apabila seseorang telah berniat, ada keinginan dalam hatinya untuk melakukan suatu amal kebaikan, namun ternyata ia tidak sanggup, maka baginya beroleh satu pahala.